Advertisemen
Majalahfokus.net - Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo mendampingi Presiden RI, Ir.H.JokoWidodo menghadiri kajian Kajian Ramadhan 1438 H di Domme Universitas Muhammadiyah Malang, Sabtu (3/6). Didalam sambutannya, Presiden Jokowi menegaskan langkah yang diambil dalam menjadikan Indonesia aman dan nyaman bagi warga bangsa.
Presiden RI ke-7 ini mengutip pesan Presiden Afganistan Ashraf Ghani agar jangan sampai ada gesekan sekecil apapun di Indonesia antar warga bangsa, supaya tidak terjadi seperti di negerinya yang terpecah-pecah dalam banyak faksi. Caranya, melalui tindakan tegas kepada yang berusaha menganggu.
"Saya akan melakukan tindakan tegas dan tidak ragu2 untuk menyelamatkan warga yang jumlahnya besar, 250 juta, dibanding mereka yang jumlahnya 10 ribuan," ujarnya, sambil menjelaskan ini terkait dengan kondisi di tanah air 6-8 bulan terakhir. Energi bangsa habis karena berbagai demo saling menyalahkan, fitnah, menjelekkan satu sama lain, saling mencela dan menghujat. Selain itu, Polri harus menghabiskan anggaran trilyunan rupiah untuk menjaga demo ini agar keamanan tetap terjaga.
Terkait isu PKI, Presiden mempertanyakan banyaknya isue kebangkitan PKI tersebut. "Dimana? Kalau ada agar ditunjukkan ke saya," ujarnya dalam nada tanya. Menurut Presiden Jokowi, tidak mungkin PKI hidup di Indonesia karena konstitusi, yakni TAP MPR sudah jelas melarangnya di Indonesia. Jika ada, tegasnya, maka ia akan menggebug.
Dijelaskan, karena tidak berhasil memunculkan isu tsb, maka dikaitkan dengan dirinya. "Saat itu usia saya baru 3 tahun, kok dikait-dikaitkan. Silahkan dicheck orangtua saya tinggal dimana, demikian juga kakek nenek. Sekarang dengan teknologi mudah diperoleh," ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Presiden Jokowi, ia malas menanggapi isu ini, tetapi karena ada kesempatan, yakni forum besar kajian romadhon maka dilakukannya. "Mumpung ada kesempatan menjelaskan," ujarnya yang membuat hadirin tertawa dan langsung mendapatkan tepuk tangan hadirin.
Dalam kesempatan sama, Presiden mengajak masyarakat untuk kembali pada jati diri sebagai bangsa yang besar. “Mari kembali pada etos kerja yang tinggi, budi pekerti yang baik, sopan-santun, etika berbangsa yang tinggi,” ajaknya. Diingatkan, bangsa Indonesia sebagai bangsa besar yang beragam. Untuk itu, perlu dijalankan ukhuwah islamiyah dan wathoniyah, menjalin hubungan yang baik antar sesama warga bangsa.
Puasa Bangun Rohani.
Dalam kajian Ramadhannya, Ketua PP. Muhammadiyah Haidar Nasir mengungkapkan makna dari puasa di Bulan Ramadhan, yakni membangun rohani, karena puasa mengajari jiwa menjadi luhur dan ingin memberi, berbagi kepada semua orang walaupun berbeda agama, suku, ras dan antar golongan.
Sengan demikian, selain meneguhkan jiwa takut kepada Allah SWT, dekat dengan Allah SWThingga menjadi orang dewasa yang selalu waspada, puasa sekaligus menjadi perisai diri untuk berbuat baik.
(C*08/dw)
Advertisemen